watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

HASIL CHATTING

Kejadian ini terjadi bulan Febuari 2001, dan aku
ingin sekali berbagi pengalaman pada para
pembaca. Aku Nissa 22 tahun, ciri-ciri diriku
mempunyai tinggi 165 cm dan berat 55 kg, kulit
putih bersih, rambutku coklat ikal dan panjang.
Kata teman-temanku wajahku mirip dengan
seorang artis Hollywood Catherine Jetazones.
Mereka bilang wajahku klasik dan tubuhku sexy,
mungkin karena 4 darah campuran yang kudapat
dari kakek dan orangtuaku. Aku masih kuliah di
PTS Bandung dan mengontrak sebuah rumah di
kawasan jalan Anggrek bersama seorang
temanku yang bernama Lia.
Suatu hari tepatnya malam minggu aku pergi ke
warnet untuk mengerjakan tugas mengetikku dan
memeriksa email yang masuk. Teman
sekontrakanku sudah dari siang pergi malam
mingguan dengan pacarnya. Aku sendiri saat itu
masih sendiri dan aku menikmatinya.
Selama hampir 3 jam aku mengetik, akhirnya
selesai sudah tugas-tugasku, jam sudah
menunjukkan pukul 8 malam. Setelah itu kubuka
MIRC karena aku berniat chatting beberapa jam.
Aku masuk chanel Bandung. Tiba-tiba sebuah
nickname ‘ayah_bdg’ mengajakku untuk mojok,
aku pun mengobrol dengannya, obrolan kami
makin asyik, mulai dari kuliah, hobi, dan
sebagainya. Hingga tidak terasa hampir 1 jam aku
mengobrol dengannya.
Dari obrolan itu aku mengetahui kalau dia
bernama Adit, usia 40 tahun, mempunyai
perusahaan sendiri di Jakarta dan statusnya duda
beranak satu, dan saat ini sedang ada di Bandung
untuk refresing bersama anak dan baby
sisternya. Pembicaraan kami pun berubah, dia
menanyakan warnet tempat aku chatting. Tanpa
curiga aku pun memberitahukannya. Lalu Adit
meminta kami bertukar nomor telpon dan photo.
Aku pun memberikannya dengan senang hati.
Baru saja 5 menit berlalu, HP-ku berbunyi dan
Mas Adit menelponku langsung.
“Hallo.. Nissa.”
“Hallo.. ayah_bdg, wah engga nyangka langsung
telpon nih..” jawabku.
“Iya.. habis Nissa cantik sih.”
“Hmm.. gini deh.., kita jalan yuk..! Aku jemput
kamu disana yah..?”
“Boleh.. aja.” jawabku lagi.
“Ok deh, tunggu 10 menit dan cari deh mobilku
berplat B di depan warnet yah..!”
“Ok..” jawabku mengakhiri pembicaraan kami.
Setelah hampir 10 menit, HP-ku berbunyi dan
Mas Adit telah menungguku di tempat parkir.
Kubereskan tasku dan kusisir rambutku, lalu
kubayar jasa warnet dan berjalan menuju tempat
parkir. Kulihat sebuah mobil BMW hitam berplat B
berwarna hitam, dan di dalamnya Mas Adit
tersenyum. Aku pun tersenyum dan
menghampiri mobilnya lalu kubuka pintu
mobilnya dan duduk di sebelahnya.
“Hallo.. ayah_bdg.” ucapku malu-malu.
“Hallo juga Nissa.., kita makan yuk..?” ajaknya
sambil menjalankan mobil.
Aku pun mengangguk. Selama diperjalanan kami
cepat menjadi akrab, lagi pula kupikir Mas Adit
ganteng juga, selain badannya tinggi besar dia
juga kebapakan.
Kami makan di Haritage Banda sambil
meneruskan perbincangan kami.
“Hmm.. Mas, engga pa-pa kan kalo Nissa panggil
ayah saja..? Seperti nickname Mas.” tanyaku
padanya.
“Ah.. boleh saja, tapi khusus buat Nissa saja.”
ucapnya tersenyum.
Setelah selesai makan, tiba-tiba ponsel ayah
berbunyi, ternyata dari baby sitter anaknya.
“Nissa, mau ikut Ayah engga besok..?” tanya
Ayah sambil mengajakku keluar dari Haritage
menuju tempat parkir.
“Memangnya Ayah mau kemana..?” tanyaku
sambil membuka pintu.
“Ayah mau ke Ciater dengan Deri juga Ina, baby
sitter-nya.” jawab Ayah sambil menjalankan
mobil keluar dari tempat parkir.
“Memangnya berapa hari di sana..?” tanyaku.
“Cuma dua hari.” jawab Ayah.
Akhirnya aku pun bersedia ikut, lalu Ayah
mengantarku pulang ke kontrakanku.
Pagi-paginya Ayah sudah datang menjemputku.
Aku pun berkenalan dengan Deri anaknya juga
Ina baby sitter anaknya. Selama di perjalanan,
Deri sudah dekat denganku, bahkan dia
memanggilku Bunda Nissa, aku sih cuek saja.
Deri anaknya manis dan cerdas, sungguh kasihan
dia ditinggal oleh ibu kandungnya karena
meninggal saat melahirkan Deri.
Akhirnya kami sampai di Ciater setelah memesan
2 kamar di sebuah hotel. Ayah, aku dan Deri pergi
berenang dan bercanda bersama. Pada saat itu
kurasa kami bertiga bagaikan sebuah keluarga
kecil yang bahagia. Setelah puas berenang, kami
kembali ke hotel untuk makan, lalu aku
menidurkan Deri di kamar bersama Ayah. Kami
mendampinginya sampai Deri tertidur.
“Nissa.. terimakasih karena kamu sudah baik pada
Deri.” ucap Ayah sambil bangkit berdiri di depan
jendela.
Aku mengikuti Ayah dan berdiri di sampingnya.
“Tidak perlu berterimakasih.., Nissa sayang pada
anak-anak, apalagi Deri anak yang lucu dan
pintar.” jawabku tersenyum.
“Baiklah, jika mau istirahat, pergilah ke kamar
sebelah..! Di sana Ina pasti sudah menunggu.”
ucap Ayah.
“Ok.., kalau ada apa-apa, Ayah panggil Nissa
ya..!” jawabku sambil berlalu dan pergi ke kamar
sebelah.
Kulihat Ina sudah tertidur dengan pulas. Lalu aku
mengganti bajuku dengan lingerie yang biasa
kupakai. Aku melamun selama hampir 1 jam, dan
anehnya aku mengkhayalkan bagaimana jika aku
menjadi istri Ayah. Itu ide gila ya pembaca..? Tapi
aku merasa sudah mengenal Ayah seperti
bertahun-tahun. Tiba-tiba pintu kamarku diketuk,
Tok.. tok.. tok.
“Ina.., Nissa..!” kata suara di balik pintu.
“Iya.., sebentar..” jawabku sambil membuka
pintu.
Ketika pintu kubuka, kulihat Ayah terkejut dan
menatapku lekat-lekat.
“Nissa, kamu cantik sekali.” ucap Ayah sambil
tersenyum.
“Ah.., bisa saja.” jawabku sambil merapikan
lingerie yang kupakai.
“Kebetulan Ayah mau ngajak kalian makan, Ayah
memesan pizza tadi.”
“Wah.. Nissa suka tuh, tapi Ina sudah tidur Yah..!”
ucapku singkat.
Akhirnya aku dan Ayah pergi ke kamarnya. Kami
duduk di sofa sambil menikmati pizza juga
menonton televisi.
“Nissa.., Ayah sayang padamu.” kata Ayah tiba-
tiba sambil menggenggam tanganku, aku
tersenyum dan entah kenapa secara spontan
kucium kening Ayah.
“Nissa juga.” ucapku.
Ayah memeluk tubuhku dan aku
membiarkannya. Lalu kurasakan Ayah menatap
mataku dalam-dalam.
“Kamu cantik sekali.” ucap Ayah lalu mengecup
hidungku, aku diam saja dan menikmatinya.
Ayah semakin berani, diciuminya seluruh
wajahku hingga kurasakan hembusan napasnya
yang hangat. Aku pasrah karena menyukainya,
lagi pula ada aliran aneh pada tubuhku yang
menuntut lebih banyak lagi. Lalu Ayah
mendaratkan bibirnya di bibirku, dilumatnya dan
kubalas dengan mengulum lidahnya lembut.
Kuluman Ayah membuatku mulai sulit bernapas.
Sementara itu tangan Ayah mulai menurunkan
tali lingerie-ku hingga payudaraku terlihat
setengahnya.
Ditariknya tubuhku untuk berdiri dan aku
menurutinya. Sambil terus melumat bibirku,
kedua tangan Ayah menarik-narik lingerie-ku
hingga akhirnya terjatuh di antara kakiku. Ayah
mengelus-elus punggungku yang sudah
telanjang dan mendorong tubuhku agar duduk di
sofa. Kupandangi Ayah yang sedang membuka
kimono-nya, luar biasa..! Aku menyukai
badannya yang berbulu. Lalu Ayah membuka
CD-nya, aku melongo karena kagum. Batang
Ayah sangat panjang dan besar, belum lagi bulu-
bulu di sekitarnya.
Ayah mendekatiku, kemudian berjongkok di
antara kakiku. Dielus-elusnya vaginaku yang
masih terbungkus g-string. Aku melenguh saat
jari-jarinya mengelus belahan vaginaku.
Kemudian Ayah menarik CD-ku hingga terlepas.
Lalu Ayah tersenyum karena melihat vaginaku
merekah di depan matanya. Ayah mencium
bibirku dan aku membalasnya, kurasakan
payudaraku tergesek-gesek bulu-bulu dadanya
yang membuatku kegelian.
Ciumannya makin liar karena telah beralih ke
telinga dan leherku. Aku mulai mendesah pelan,
kuusap-usap rambut Ayah dengan lembut. Ayah
meneruskan jilatannya pada puting payudara
kananku, dijilatnya beruputar-putar dan berulang-
ulang, membuatku semakin mendesah. Payudara
kiriku diremas-remasnya dengan lembut.
Napasku mulai memburu karena perlakuan Ayah
pada kedua payudaraku. Selama beberapa saat
aku hanya mendesa-desah.
“Ayahh.., ohh.., ohh..!”
“Ayah ingin menjadikanmu sebagai istriku, kamu
mau Nissa..?” tanya Ayah menghentikan
jilatannya di payudaraku.
Aku menatap matanya dan kuanggukkan
kepalaku karena aku tidak dapat berpikir apa-apa
lagi, karena nafsuku sudah tinggi. Ayah
tersenyum dan melumat bibirku sambil
mengelus-elus payudaraku yang sudah basah
oleh air liurnya. Lalu Ayah menyuruhku
mengangkat kedua kakiku ke atas sofa dan
merengganggkannya lebar-lebar.
Kemudian Ayah mendekatkan kepalanya di
vaginaku yang sudah basah, dan mulai
menjilatinya. Aku mendesah saat ujung lidahnya
menyentuh vaginaku, “Ohh..!”
Ayah terus menjilatinya secara teratur dan
berulang-ulang. Aku menggeleng-gelengkan
kepalaku menahan kenikmatan. Ayah terus
menjilatinya dan mulai menyedot-nyedot
klitorisku. Aku meracau sambil menjambaki
rambut Ayah.
“Ahh.. teruss.. teruss, enak Yahh..! Ohh..!”
Ayah terus menyedot-nyedot dan aku pun
berteriak seiring dengan menjepit kepala Ayah
kuat-kuat. Kusemburkan cairan kewanitaanku dan
Ayah menjilati dan menghisapnya pelan sekali.
Mungkin dia tahu aku menahan ngilu pada
vaginaku. Ayah lalu mencium payudaraku dan
menghisapnya cukup lama hingga aku
terangsang kembali. Aku langsung
menggenggam batangnya yang sudah tegang
itu. Kuelus-elus, kemudian kumasukkan dalam
mulutku. Kujilat-jilat, kugigit-gigit lembut kepala
batangnya. Ayah melenguh mengusap-usap
rambutku.
“Nissa.. teruss.. Sayangg..! Hisapp teruss
Sayangkuu..! Ohh..!” desahnya.
Aku terus menghisap dan mengeluar-masukkan
batang Ayah dalam mulutku semakin cepat,
kukocok-kocok semakin cepat dan kuat.
“Akhh.. Nissaa.. Ayahh.. mauu.. keluarr..!”
“Crot.. crott.. crott..!” batang Ayah menembakkan
spermanya ke dalam mulutku aku tersedak dan
menelan sperma Ayah.
Kuhisap-hisap ujung penisnya sampai bersih,
Ayah melenguh dan ambruk di sampingku.
Kemudian kucium bibir Ayah.
“Nissa sayang Ayah..!” ucapku sambil
membiarkan Ayah meremas payudaraku.
Lalu Ayah menggendongku sambil terus
melumat bibirku, dibaringkannya tubuhku di
samping Deri.
“Ayah.., nanti Deri bangun.” ucapku pelan.
“Sstt..!” guman Ayah sambil mengangkat Deri
dan dibaringkannya di sofa.
Kemudian Ayah mendekatiku dan menindih
tubuhku, diciumnya bibirku dengan hangat.
Tangannya meremas-remas pantatku, lalu
bibirnya turun di atas payudaraku dan diciumnya
sambil dihisapnya bergantian. Aku hanya
mendesah keenakan ketika dibukanya kedua
kakiku dan Ayah berjongkok dan mulai menjilati
vaginaku. Aku mendesah-desah tidak kuat, tapi
Ayah terus menjilati dan menghisap-hisap
vaginaku yang sudah basah lagi. Ayah pun
sepertinya sudah tidak tahan, sehingga
diarahkannya batangnya ke lubang vaginaku.
Kemudian digesek-gesekkannya kepala batangnya
yang plontos itu di belahan vaginaku berulang-
ulang. Aku melenguh menahan sensasi nikmat di
daerah vaginaku.
Setelah semakin basah, Ayah menekan kepala
batangannya untuk masuk lebih dalam pada
lubang vaginaku.
Diperlakukan seperti itu aku berteriak, “Akhh..
sakitt.. Yah..!”
“Tahan sedikit Sayang..!” ucap Ayah
menenangkanku.
Kemudian Ayah mencobanya lagi hingga berkali-
kali. Dan akhirnya, Blessh.. Ayah menekan
batangnya dalam sekali hingga selaput daraku
robek. Aku menjerit menahan nyeri dan
merasakan vaginaku begitu sesak.
Ayah mendiamkan aktifitas tubuhnya sambil
mengelus-elus tubuhku. Tidak terasa air mataku
menetes setelah beberapa saat ayah
menggerakkan pinggulnya dan mulai mengeluar-
masukkan batang kemaluannya. Aku melenguh
nikmat sekaligus perih. Ayah menggenjotku
selama 10 menit. Vaginaku sudah semakin basah
dan aku menjerit karena mendapatkan orgasme
lagi. Kurasakan vaginaku berdenyut-denyut. Ayah
mendiamkan batang kejantanannya di dalam
vaginaku sambil menyedot-nyedot payudaraku.
Kemudian Ayah mencabut batangnya dan
menyuruhku menungging. Kurasakan vaginaku
dimasuki kembali batang kemaluan Ayah, setelah
itu mulai dikeluar-masukkan kembali ke vaginaku
dengan pelan. Sementara itu tangan Ayah masih
meremas-remas dan menarik-narik puting
payudaraku dengan kuat. Aku mulai mendesah
menahan rasa nikmat.
“Ayahh.., ahh.. teruss.. sodokk.. sodokk.. enakk
sekali..!” racauku tidak tahu malu.
Ayah terus menekan dan menarik batangnya
semakin cepat, dan aku semakin meracau tidak
karuan.
“Akhh.., Nissaa suka.. ohh.. teruss.. ahh..!”
Ayah terus meyodok vaginaku dengan kuat, aku
pun memaju-mundurkan pantatku sehingga
persetubuhan kami sangat menggairahkan. Aku
dan ayah mendesah-desah penuh kenikmatan.
“Ohh.. auhh.. akhh..!” aku pun makin keras
mendesah.
Ayah semakin cepat mengeluar-masukkan
batang kejantanannya.
“Ahh.. Nissa mau keluarr.. Yahh..!” teriakku
karena aku akan orgasme.
Ayah semakin gencar menyodok-nyodok
vaginaku sambil terus menarik-narik dan
meremas-remas payudaraku. Sodokan-sodokan
pada vaginaku membuatku menjerit karena
merasa tidak tahan lagi.
“Akhh.. ehhmm..!” lenguhku.
Tubuhku lemas sambil memeluk Ayah kuat-kuat.
Karena Ayah belum orgasme, Ayah terus
mengeluar-masukkan batangnya tanpa
memperdulikan vaginaku yang masih ngilu.
“Ohh.. ahh.. Nissaa engga kuatt.. aughh..!”
teriakkanku malah makin membuat Ayah
semakin cepat menghujamkan batangnya pada
vaginaku.
“Ayahh.. hampirr.. Sayang.., tahan sebentar..
ohh..!” lenguh Ayah.
Lalu kurasakan Ayah memelukku erat-erat seiring
dengan tembakan spermanya, rasanya hangat
dan nikmat. Tubuhku lunglai dan Ayah masih
mendiamkan batangnya berada dalam vaginaku.
Kami berpelukan sambil mengatur napas.
Setelah agak tenang, Ayah mencabut batangnya.
Kemudian kami berciuman dengan mesra, lidah
kami saling berpaut diselingi hisapan-hisapan
Ayah di lidahku. Tangan Ayah tentu saja
meremas-remas payudaraku. Semakin lama
kami semakin terangsang kembali. Ayah
memainkan puting payudaraku, dijilat-jilatnya
dengan rakus dan terus menghisap dengan
penuh nafsu. Aku mulai mendesah merasakan
vaginaku basah kembali. Ayah meneruskan
jilatannya ke perutku, kemudian menyuruhku
mengangkat dan melipat kedua kakiku ke atas
hingga berada di antara kepalaku. Dengan posisi
ini sudah jelas vaginaku yang basah terbuka lebar
di depan matanya.
Ayah menjilat-jilat vaginaku sambil menusuk-
nusukkan lidahnya di antara belahan vaginaku.
Mendapat rangsangan seperti itu aku mendesah
tidak terkendali lagi.
“Ohh.. Ayahh.. enak sekali.. teruss.. ohh.. hisapp
teruss..! Hisapp.. memekk Nissa.. ohh..!”
Ayah semakin cepat menghisap-hisap vaginaku
yang banjir oleh cairan kewanitaanku. Aku
semakin merengganggkan kedua kakiku lebar-
lebar agar Ayah lebih leluasa melakukan
gerakannya.
Jilatan-jilatan di vaginaku yang enak itu
membuatku memohon-mohon.
“Ohh.. Ayahh.., masukkan..! Nissaa.. mohon..!”
pintaku pada Ayah.
Ayah pun menggesek-gesekkan batang
kejantanannya di vaginaku yang becek. Aku
melenguh nikmat, mulutku mendesis-desis tidak
tahan. Ayah memasukkan batangnya pada
lubang vaginaku.
Penetrasinya itu membuatku terus meracau,
“Oh.. enakk Yahh.. yeahh.. lebih cepat.. ohh..
enakk sekali.. sodok.. terus.. memek Nissa Yahh..!
Akhh.. mmff.. ohh..!”
“Iya Sayangku. Ayahh.. suka memek kamu..
ohh.. Nissaa..!” racau Ayah membalasku.
Genjotan ayah di vaginaku semakin cepat dan liar
hingga terasa menyentuh rahimku.
“Nissa.. mau keluar Yahh.., ohh..!” teriakku.
“Ayahh.. juga Sayang.., ohh..!”
Crott.. crott.. crott..! Kami berdua menjerit,
bersamaan itu kurasakan tembakan sperma Ayah
yang kuat. Ayah mencium bibirku. Karena
kelelahan, kami pun tertidur lelap.
Paginya saat kami bangun, Deri naik ke ranjang.
Dia yang tidak mengerti apapun tersenyum
manis sambil berkata, “Deri juga mau.. bobo ama
Bunda Nissa yah.”
Kami hanya berpandangan dengan penuh
kemesraan sambil memeluk Deri.
Keesokannya ketika aku datang ke kamar Ayah,
dia sedang berbaring di tempat tidur. Kudekati
dan duduk di tepian ranjang.
“Kenapa Deri dan Ina pergi jalan-jalan tanpa
Ayah..?” tanyaku pada Ayah.
“Ayah sedikit pusing Sayang.” jawab Ayah sambil
tersenyum.
“Hmm.. Nissa pijit ya..?” Ayah pun mengangguk.
Aku pun memijit dahi Ayah sambil menatap
matanya. Mungkin karena gemas, Ayah menarik
kepalaku dan mencium bibirku dengan lembut,
lalu dikulumnya dan dihisap-hisapnya lidahku,
aku pun membalasnya. Tiba-tiba tubuhku ditarik
ke sampingnya dan Ayah menindihku sambil
menciumi leherku, kemudian kembali lagi
melumat bibirku yang basah.
Ayah menarik baju ketat yang kupakai. Aku pun
membantu Ayah melepaskan seluruh pakaiannya
hingga kami berdua telah telanjang. Lalu Ayah
berbisik di telingaku.
“Sayang.., Ayah ingin bercinta denganmu.” aku
hanya tersenyum.
Tanpa dikomando, Ayah mencium bibirku dan
tangannya sibuk meremas-remas payudaraku.
Aku pun mulai meresponnya dengan desahan,
“Ahh.. Ayahh..!”
Ayah meneruskan jilatannya ke leherku, ketiak
dan mengakhirinya di payudara kiriku. Dijilatinya
seluruh payudaraku hingga basah.
Lalu Ayah berdiri menuju selangkanganku. Aku
pun mengangkangkan kedua kakiku dan
kurasakan jari Ayah menyibakkan vaginaku.
Jilatan lidahnya membuatku tersentak dan
medesah tidak karuan, apalagi Ayah
melakukannya berulang-ulang. Refleks kakiku
bergerak menjepit kepala Ayah, tapi Ayah
memegangi kedua kakiku agar tetap dalam posisi
mengangkang. Yang kurasakan saat itu adalah
jilatan-jilatan Ayah yang sungguh luar biasa.
Cairan kewanitaanku meleleh keluar terus
menerus.
“Ohh.. Ayahh.. Nissa engga kuatt lagi.. ahh..!”
jeritku sambil mencengkram seprei yang kami
tiduri.
Setelah hampir 10 menit menjilati dan
menghisap-hisap vaginaku, akhirnya aku
mencapai orgasme, kujepit kepala Ayah. Ayah
pun bangkit, kemudian tubuhku ditindihnya,
bibirnya mencium bibirku dengan sangat
bernafsu. Tangannya tidak mau kalah meremas-
remas payudaraku dengan kuat. Lalu Ayah
bersimpuh di antara pahaku dan menggesek-
gesekkan jempolnya di belahan vaginaku yang
masih basah.
Aku medesah keenakan, “Ahh.. Ayahh.. enakk..
Sayangg.., nikmat sekalii..!”
Aku semakin membuka kakiku lebar-lebar, Ayah
dengan sigap mengarahkan batang
kejantanannya yang sudah menegang itu ke
vaginaku. Lalu kurasakan gesekan-gesekan kepala
batang penisnya yang sangat enak dan hangat.
“Ohh.. Ayahh.., teruss.. Sayangg.. aughh.. enak
sekali..!”
Ayah pun menekan batang kemaluannyanya
hingga amblas.
“Akhh..!” jeritku.
Lalu ayah mengeluar-masukkan batangnya. Saat
itu juga aku mendesah-desah lagi, cairan
kewanitaanku mulai keluar dari vaginaku.
Ayah nampaknya mengerti keadaanku, sehingga
dinaikkannya tempo gerakannya. Ditarik..
ditekan.. berulang-ulang. Dengan refleks
kugoyang pinggulku ke kanan dan ke kiri.
Akhirnya aku merasakan ada kekuatan yang
menjalar di vaginaku.
Aku meracau keras, “Ahh.. Sayang.. teruss..,
Ayahh.. ohh.. ohh.. Nissa.. mauu..”
Ayah pun ikutan meracau, “Iya.. Sayang.. ayo
keluarkan.. ayo..! Agar memekmu bisa meremas
kontolku..! Aohh..!”
Tanpa dapat kami bendung lagi, aku dan Ayah
menjerit bersamaan.
“Ayahh.. keluarr.. ohh..!”
“Ayahh.. ohh..!” jeritku sambil berpelukan dengan
erat.
Kurasakan lelehan cairan keluar dari vaginaku.
Ayah mencium bibirku, tubuh kami terkulai
lemas.
Beberapa saat kami terdiam sambil berpelukan.
Lalu Ayah menyuruhku berdiri di dekat meja. Aku
menurutinya saat satu kakiku dinaikkan di atas
meja dan kedua tanganku bertumpu pada
dinding. Ayah mencium bibirku, sedangkan
tangan kirinya mengorek-ngorek vaginaku yang
terbuka lebar. Aku mendesis saat jari-jari ayah
menggesek-gesek klitorisku.
“Ahh.. Sayang.., teruss..! Ohh memek Nisa..
ohh..!” racauku.
Ayah tersenyum dan menimpali racauanku, tetapi
tangannya masih mengorek-ngorek vaginaku
yang sudah lembab.
“Kenapa memek kamu Nisa sayang..?”
“Ohh.. Ayahh.. memek Nissaa.. basahh.. Yahh..
ohh..!” jawabku sambil melenguh tidak kuat.
“Iya.. Sayang, memek kamuu basah.. Ayahh..
suka. Nanti kontol Ayah akan bersarang di sana
sayangku..!”
Mendengar kata-kata jorok Ayah, aku semakin
gila dan terangsang.
“Ohh.. Ayahh.. teruss.. lebihh.. cepatt..! Nisaa..
mauu..” ucapku lirih.
“Mau.. apaa.. Sayang..?” ucap Ayah sambil terus
menggesek-gesekkan klitorisku yang semakin
besar.
“Ohh.. Nissaa.. mauu.. kontol Ayahh.. ahh..
Ayahh.. masukin dong..! Memek.. Nissaa..
inginn.. kontol.. Ayahh..!” jawabku tidak terkendali
lagi.
“Baikk.. Sayang.., memekmu sudahh tak tahan
ya..? Rasakan kontol.. Ayahh.. ini.. ohh..!” ucap
Ayah sambil mengarahkan batang kejantanannya
pada lubang vaginaku dan menggesekkannya ke
atas ke bawah.. berulang-ulang.
Aku medesah penuh kenikmatan, “Ohh.. enakk..
Yahh.. masukkan lagii.. ohh..!” pintaku pada
Ayah.
Ayah pun langsung menekannya hingga amblas
pada vaginaku.
“Akhh..!” jeritku menahan rasa sakit.
Ayah mengeluar-masukkan batangnya dengan
cepat. Aku semakin menjerit histeris.
“Oh.. Ayahh.. enakk.. kontolmu.. masukk..
memekku.. ohh..!”
“Iya.. Sayang.. terimalahh.. kontolku.. oughh..!”
lenguh Ayah sambil terus menggenjot vaginaku
semakin cepat.
Gerakanku semakin liar, napas kami turun naik
menahan kenikmatan yang telah sampai pada
ubun-ubun kepala kami.
Akhirnya aku menyerah sambil menjerit keras, ”
Ahh.. Sayang.. memek.. Nissa.. mauu.. keluarr..
ohh..!”
“Iya.. Ayah.. jugaa.. tahan.. Sayangku.. rasakan..
pejuhku.. yang banyak ini.. ohh..!”
“Ayah, Nissaa.. ohh.. ohh..!” desahku
menyambut orgasme yang kurasa akan meledak.
“Iyaa.. Sayang, keluarkan.. Sayang.. Ayahh..
ingin.. memek.. kamu mejepit kontol Ayahh..
ahh..!” racau Ayah menggenjotku keras dan
sangat cepat.
Aku dan Ayah memekik bersamaan, “Akh..
ohh..!”
“Crott.. crot.. crot..!” sperma Ayah memenuhi
vaginaku.
Ayah memelukku erat sambil menahan tubuhku
yang sudah ambruk pada pundaknya.
Dicabutnya batangnya, kemudian kujilati hingga
bersih. Kami pun naik ke ranjang dan tertidur.
Kejadiaan itu terus berulang selama 3 bulan
setelah aku mencoba memberanikan diri untuk
mendekatkan diriku pada seseorang pria. Dan
hubungan kami bertumbuh menjadi hubungan
yang serius, aku menjadi kekasihnya. Akhirnya
aku pun kemudian menikah dengannya.


Adult | GO HOME | Exit
1/1239
U-ON

inc Powered by Xtgem.com